ARIPITSTOP.COM – Kalau kita berbicara soal hukuman kepada seseorang terkadang kita dihadapkan oleh HAM, meskipun seorang penjahat mereka tetaplah Manusia, akan tetapi yang jadi pertanyaan adalah apakah para Begal mempedulikan HAM para korbannya ?. Begal tidak hanya melukai namun tidak segan membunuh sang korban. Lalu bagaiman ketika ada Begal yang meminta keringanan hukuman dari tindakan kejahatan yang dia perbuat bahkan sampai memotong tangan korban ?.

Dua pemuda begal dituntut hukuman 17 tahun kurungan penjara oleh Jaksa Penuntut Umum (JPU) di Pengadilan Negeri Makassar di Jalan Kartini, Kecamatan Ujung Pandang, Makassar. Keduanya dituntut melanggar Pasal 365 ayat (4) KUHP.

Sebelumnya kedua begal yaitu Aco dan Firman melancarkan aksi begalnya kepada Imran, mahasiswa ATIM, ketika korban sedang menunggu temannya di Jalan Datuk Ribandang, Kecamatan Tallo, Kota Makassar, Sulawesi Selatan pada Minggu (25/11/2018).

Keduanya nekat memotong tangan korban hingga putus lantaran saat meminta ponsel, korban enggan memberikannya dan memilih melarikan diri dengan cara berlari. Namun, Imran tidak berhasil menghindar ketika Firman mengayunkan korban terluka.

Tidak lama setelah beraksi, kedua begal berhasil ditangkap beserta komplotannya. Kedua begal itu dituntut hukuman 17 tahun kurungan penjara oleh Jaksa Penuntut Umum (JPU) di Pengadilan Negeri Makassar di Jalan Kartini, Kecamatan Ujung Pandang, Makassar. Keduanya dituntut melanggar Pasal 365 ayat (4) KUHP.

Rahmat Sanjaya, penasihat hukum kedua terdakwa kasus begal tersebut mengatakan, pasal yang dituntutkan Jaksa Penuntut Umum kepada kliennya tidaklah tepat. Menurutnya, pasal tersebut hanya untuk tindakan kejahatan yang menyebabkan kematian. “Makanya dari nota pembelaan itu saya tidak sepakat dengan Jaksa Penuntut Umum karena ada pasal yang lebih tepat. Yaitu pasal 365 ayat 2 itu ancaman maksimalnya cuma 12 tahun loh,” kata Rahmat dilansir dari Kompas.com.

Rahmat memaklumi kliennya memang harus dipenjara. Namun, hukuman 17 tahun penjara yang diberikan kepada kliennya tidak adil. Untuk itu, dalam analisis yuridis yang ada di dalam pleidoi terdakwa yang dibacakan Rahmat, tidak ada satu pun alat bukti dan saksi-saksi yang membuktikan tuntutan jaksa.

“Aco dan Firman tidak menghilangkan nyawa orang lain. Bahwa bila dibandingkan dengan Pasal 338 KUHP yang menghilangkan nyawa ancamannya itu cuma maksimal 15 tahun penjara,” imbuhnya.

Yang jadi pertanyaan adalah, bagaimana jika posisi sang pengacara terdakwa yang menjadi korban pembegalan hingga tangannya terputus ?.

sumber : regional.kompas.com

22 KOMENTAR

  1. Kalo uda masuk persidangan langsung pake peci biar disangka tobat.
    Padahal uda spesialisasinya begal orang, cocoknya suruh berenang ama piranha biar d makan pelan2.

  2. Ya kalo gak mau di penjara potong aja tangannya biar samaan. Memang gak menimbulkan katian tapi menyebabkan cacat permanen apa gak kalah keji tuh.

    • Kalopun sama di potong tangan
      Saya rasa masih belum adil
      Hukuman potong tangan pasti Ada prosedur medis (tidak menyakitkan pelaku)
      Yang pasti rasa sakit yg diterima korban tidak bisa terbayarkan

  3. Korban yg kepotong tangan ya juga bisa meninggal lho
    Bayangin klo sampai kehabisan darah , Ap gak lewat tuh
    Lebih Masuk akal lagi kalo dikategorikan perencanan pembunuhan
    Hukuman mati pun Sangat pantas untuk pelaku ini.

  4. Tangan korban yang putus itu seumur hidup bakal tetep putus, ga sebanding kalau untuk penjara 17 tahun, mendingan binasakan aja manusia kek gini, keluar paling mbegal lagi

  5. Hukum islam itu simple terbukti bersalah … Ya mendapatkan hukuman sesuai dengan perbuatannya… Minta keringanan mintalah kekorban/keluarga… Selesai

    Logikanya yang menjadi korban dan keluarganya yang pasti terdampak… tang berhak memberikan keringanan bukan hakim atau siapa pun

  6. Ga usah dihukum penjara segitu lamanya coeng, 4/5 tahun cukup untuk melakukan pembegalan dan potong tangannya seperti korban biar adil udah cukup

  7. Pemerintah repot bener ngasih makan orang tidur2an selama 17 tahun kalo sehari biaya operasional+makan narapidana dibuat 10rb rupiah kalikan 500 ribu narapidana di seluruh indonesia sehari saja sudah 5 milyar rupiah,lha nek 17 tahun,wwkwk mending dipotong saja jari2nya terus lepasin ,negara nggak nanggung lagi perut2 penjahat

  8. Goblok bgt klo sampe dikabulkan. Justru harusnya diberatkan karena udah lancang ga tau diri minta keringanan.

    Bikin petisi biar jangan ada keringanan hukuman, klo perlu hukum mati atau amputasi juga. Negara mau menjalankan fungsi melundungi warga negara atau ga, hal sesederhana ini mutusinnya harusnya gampang bgt, ga layak didebatkan udah jelas siapa yg salah & jelas bgt harus diapain.

    bikin aturan hukuman mati & amputasi buat begal, itu baru negara NIAT bikin aman & melindungi warga

  9. setuju dengan pengacara … terdakwa harus di BEBASKAN dan lepaskan di area lingkungan rumah korban dengan didahului adanya pengumuman pada khalayak ramai

    selanjutnya … terserah keluarga korban

    #hematpajakrakyat
    #begalharusdihukummati

  10. Penulis ini kok lucu, namanya juga pengacara udah jd kewajiban dia biar yg dibela dpt hukuman seringan mungkin. Paham nalar sederhana mekanisme peradilan ga sih? Penuntut pgn hukuman seberat2nya, pengacara berusaha meringankan semaksimal mungkin trus hakim yg memutuskan mana yg adil. Ini cuma soal tugas dan kewajiban. Jangan apa2 make sentimen korban. Blog segede ini tp pola pikir masih disitu situ aja. Hadeh

Tinggalkan Balasan ke Muhyi Batal membalas

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini