ARIPITSTOP.COM – Pembalap AHRT yang bersaing di FIM CEV ini berbicara tentang masa lalunya, masa kini, dan masa yang akan datang, termasuk mimpi untuk ikut MotoGP World Championship yang merupakan fokus utama dalam hidupnya.

Gerry Salim tidak pernah berhenti memacu diri. Pebalap Astra Honda Racing Team berusia 21 tahun, yang finis di urutan ke-17 dan ke-16 pada dua balapan putaran keenam FIM CEV di Jerez tersebut, semakin dekat dan dekat untuk mewujudkan mimpi ikut MotoGP World Championship. Setelah meraih sukses di level Asia, kini Gerry mencari pengalaman di Eropa untuk membuktikan kemampuannya, yang akan membuka peluangnya ikut Grand Prix.

Meskipun jalan menuju MotoGP tidak mudah, Gerry punya pengalaman bagus di sirkuit yang menjadi lintasan balap World Championship, mendapatkan masukan dari peMbalap legendaris Dani Pedrosa, dan bersungguh-sungguh dalam menjalani latihan. Semua dia jelaskan dalam wawancara berikut ini.

Apa kenangan yang kamu ingat saat kali pertama berada di sirkuit tempat World Championship digelar?
“Hal itu terjadi pada 2015 di Losail (Qatar), saat putaran kedua Asia Talent Cup. Saya punya feeling yang sangat bagus dan juga sangat senang bisa beraksi di lintasan tempat MotoGP digelar. Awalnya agak sulit buat saya untuk mempelajari layout lintasannya, dan saya juga tegang karena ada beberapa pebalap idola saya di sana, seperti Marc Marquez dan Dani Pedrosa. Namun, sedikit demi sedikit saya akhirnya merasa lebih nyaman. Di Qatar, pada tahun berikutnya, untuk kali pertama saya memenangi balapan ATC dan itu sangat spesial karena saya bisa juara di sirkuit Grand Prix untuk Indonesia.”

Apa yang kamu pelajari ketika berada di paddock yang sama dengan para pembalap World Championship, saat kamu bersaing di balapan ATC? 
“Itu merupakan pengalaman yang sangat bagus, karena memungkinkan saya melihat aksi para pabalap Moto3 World Championship yang sangat cepat dan agresif, dan saya bisa sekaligus belajar dari mereka. Jika ingin seperti mereka suatu saat nanti, saya harus lebih kuat.”

Siapa pembalap MotoGP pertama yang kamu temui? 
“Di sirkuit, Marc Marquez, tepatnya di Qatar pada 2015 saat Asia Talent Cup. Pertemuan itu sangat spesial karena dia merupakan pebalap yang sangat saya kagumi dan saya sangat suka dengan gaya balap agresifnya. Di luar sirkuit, pebalap pertama yang saya temui adalah Dani Pedrosa, pada 2010, ketika dia datang ke Indonesia dan melihat pebalap-pebalap pertama di Astra Honda Racing School. Dalam kesempatan tersebut, Dani mengajarkan kepada kami bagaimana mempertahankan posisi yang bagus di atas motor agar bisa keluar dari tikungan dengan cepat, sesuatu yang oleh banyak orang disebut sebagai keunggulannya.”

Apa yang menjadi kekuatanmu sebagai pembalap? 
“Saya adalah petarung dan saya berusaha untuk mengadaptasi gaya balap para pembalap World Championship yang selalu membalap 100 persen sejak start pada setiap sesi. Saya juga senang bersaing dengan pembalap lain di tikungan dan memperebutkan posisi, meskipun saya paling suka berada di lintasan lurus. Saya mempersiapkan diri untuk mendapatkan slipstream yang bagus ketika keluar dari tikungan, agar bisa menyalip pembalap di depan.”

Menurutmu, apa yang kamu butuhkan untuk mengembangkan diri dan mencapai level seperti pebalap World Championship? 
“Penting buat saya untuk terus melatih titik pengereman saya. Di FIM CEV, saya menyadari betapa pentingnya untuk kuat di bagian itu dan saya masih berjuang untuk mempelajari semuanya.”

“Penonton Indonesia selalu mendukung kami, dan sangat penting buat kami untuk mengetahui bahwa banyak sekali yang tertarik dengan apa yang kami lakukan.”

Sejak ikut FIM CEV, apakah kamu merasa bahwa mimpimu untuk ikut MotoGP World Championship semakin mendekati kenyataan? 
“Ya, saya bisa merasakan bahwa saya satu langkah lebih dekat. Tahun lalu, saya menjalani musim yang bagus dengan menjadi juara Asia Production 250cc dan mendapatkan hasil positif di persaingan Asia Talent Cup, yang mengantar saya ikut Moto3 Junior World Championship. Sekarang, saya ingin mengembangkan diri di FIM CEV sehingga suatu saat bisa menjalani debut di MotoGP World Championship.”

Bagaimana hidupmu berubah sejak datang di Eropa? 
“Pada pagi hari, biasanya saya bersepeda, lalu sorenya latihan dengan motor supermotard atau motokros. Latihan-latihan ini sangat melelahkan, tetapi penting jika saya ingin mewujudkan mimpi saya. Saya sudah selesai sekolah dan tidak bekerja, jadi balapan adalah hidup saya saat ini dan saya harus berlatih keras demi mewujudkan mimpi saya.”

Seberapa penting bagi Indonesia bahwa ada pembalap mereka yang ikut bersaing di FIM CEV? 
“Penonton Indonesia selalu mendukung kami, dan sangat penting buat kami untuk mengetahui bahwa banyak orang mengikuti apa yang kami lakukan. Mereka mendukung kami di FIM CEV dan itu membuat kami ingin membalas dengan masuk ke persaingan World Championship. Tentu saja, satu mimpi akan menjadi kenyataan bagi bangsa kami jika ada sirkuit di sana yang masuk dalam kalender balap MotoGP, dan kami bisa ikut balapan di sana, suatu hari nanti.”

Apa yang bisa kamu ceritakan soal peran Astra Honda dalam perjalanan kariermu? 
“Tahun lalu, Astra Honda menargetkan saya untuk menjuarai Asia Production 250cc, dan mereka memacu saya hingga maksimal untuk mewujudkan hal itu, sesuatu yang pada akhirnya kami capai bersama-sama. Hasil itu membantu saya naik ke FIM CEV, dan mereka juga sangat banyak membantu saya. Mereka mendorong saya untuk berjuang meraih poin dan selalu finis pada setiap balapan. Dan lagi, setiap minggu Anggono (Iriawan) mengirim pesan yang isinya menyemangati saya untuk selalu berlatih dan berusaha terus maju.”

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini